Jumat, 07 September 2018

, , ,

Saran Dari Ekonomi, Soal Rupiah Lemah Jangan Diajukan ke Politik

Saran Dari Ekonomi, Soal Rupiah Lemah Jangan Diajukan ke Politik



BERITA HARIAN - Gejolak ekonomi global serta defisit neraca dagang Indonesia yang semakin melebar menjadi salah satu pemicu yang melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Di sisi lain perdebatan tentang melorotnya rupiah di media sosial (medsos) rupanya turut yang akan bisa saja yang memberi sentimen negatif.

Perdebatan di media sosial yang memang lumrah terjadi, apa lagi jelang tahun politik. Para pelaku politik hingga partisipan antara pihak oposisi dan pemerintah selalu beradu argumen apapun isu yang muncul.

"Kita memang tidak bisa saja yang akan menyalahkan sosial media, karena itu bagian dari demokrasi," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( Indef) Bhima Yudhistira dalam acara diskusi Polemik bertema Jurus Jagain Rupiah di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (8/9/2018).

Namun, dengan kondisi rupiah yang terus melemah jika terus ditunggangi dengan menebar ketakutan di media soial, sehingga mempengaruhi dunia usaha dan investor yang mengambil sikap untuk mengamankan kekayaannya sendiri.

"Dari oposisi kita ingatkan anda jangan menari-nari di atas penderitaan rupiah. Kalau digoreng terus kemudian disusupi isu bahwa ini salah Pak Jokowi, loh ini sebenarnya masalah fundamental dan struktural yang belum selesai. Kalau terus mengibasi bara api ini nanti jika oposisi menang di 2019 apa enak berkuasa saat rupiah di Rp 15.000," tambahnya.

Jika pihak oposisi ingin berkomentar, kata Bhima, lebih baik dengan memberikan masukan yang bersifat konstruktif. Dengan begitu masyarakat pun tenang jika tak ada keributan.

Sementara dari pihak pemerintah, Bhima juga menilai terlalu banyak pihak yang berbicara. Dia mencontohkan, Gubernur Bank Indonesia sebelumnya Agus Martowardojo justru memberikan prediksi rupiah pada Mei 2018 akan kembali tertekan.

"Itu kan giring persepsi. BI ini kok malah ngeluarin pernyataan yang membuat orang berspekulasi. Seperti orang berpikir jadi melakukan impor lebih cepat atau ngumpulin dolar karena takut itu bebar terjadi," tambahnya.

Selain BI, dia juga menyindir Otoritas Jasa Keuangan yang secara gamblang menyebutkan stress test rupiah hingga Rp 20.000 Hal ini juga membuat pelaku pasar percaya bahwa rupiah akan terus melemah.

"OJK juga bilang uji stress test perbankan masih aman walau dolar AS sampai Rp 20 ribu. Orang itu tidak lihat perbankan amannya, tapi yang dilihat Rp 20.000 Harusnya stress test tidak boleh diumumkan," tegasnya.

Baca juga : Penggerebekkan di Gang Jati Kampung Narkoba, Polisi Amankan 2Ons Sabusabu Serta Mesin Jackpot

Untuk urusan dolar AS, menurut Bhima cukup BI yang memberikan pernyataan. Jika sembarang pihak berbicara maka akan berdampak bahaya.

"Jadi bagi yang tidak terlalu mengerti jangan berisik, baik itu oposisi atau pemerintah. Karena itu jadi sentimen yang pengaruhi pasar. Menyebabkan ekspektasi investor pengusaha destruksif dan itulah yang jadi pengkhianat ekonomi kita," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Top Ad 728x90