Mendekati Cheng Beng, Puluan Warga Tionghoa Yang Padati Pemakaman Cina Yang Dimedan
![]() |
BERITA HARIAN - Puluhan warga Tionghoa yang akan bisa saja yang melakukan peringatan Cheng Beng atau ziarah kuburan di Pemakaman Cina Jalan Stasiun, Kelurahan Kedai Durian, Kecamatan Medan Johor, Medan, Minggu (1/4/2018).
Ziarah kuburan ini yang merupakan tradisi masyarakat Tionghoa dan juga yang akan memiliki makna untuk yang akan bisa saja yang menghormati leluhur.
Peringatan Cheng Beng biasanya jatuh yang di bulan April pada tanggal 5 menurut penanggalan kalender Lunar.
Sekitar dua minggu sebelum tanggal 5, masyarakat Tionghoa sudah mulai yang akan bisa saja yang melakukan sembahyang di kuburan. Masyarakat Tionghoa biasanya yang akan berkumpul bersama keluarga pada peringatan ini.
Seorang keturunan Tionghoa yang akan bisa saja yang menetap di Jakarta, Rudi, sengaja pulang ke Kota Medan untuk yang akan bisa saja yang melakukan ziarah kuburan di Pemakaman Cina tersebut.
Menurutnya, peringatan Cheng Beng lebih penting daripada perayaan Imlek, namun bukan berarti Imlek tidak penting.
"Kita setahun sekali kumpul semua sama saudara yang jauh-jauh atau dari mana. Mungkin ada cucu baru, disitu kita tahu. Di Cheng Beng ini kita yang akan bisa saja yang berkumpul sama keluarga. Menurut saya Cheng Beng penting, mengingat jasa leluhur itu penting," ujar Rudi.
Datang bersama keluarganya, Rudi yang akan bisa saja yang melakukan sembahyang kepada leluhur keluarga ayahnya. Sedangkan Senin (2/4/2018) mendatang, dirinya akan yang melakukan ziarah ke makam leluhur keluarga ibunya.
Senada dengan Rudi, warga Kota Medan, Joe juga melakukan ziarah kuburan di Pemakaman Cina, Kedai Durian. Menurutnya, Cheng Beng penting karena banyak yang pulang kampung saat peringatan Cheng Beng.
Baca juga : Rumah Warga di Mojokerto Dihantam Angin Kencang Hingga Roboh Rumah Warga
"Ini tradisi Tionghoa untuk yang akan bisa menghormati leluhur. Cheng Beng ini penting karena banyak pulang kampung waktu Cheng Beng," ujarnya.
Ritual Cheng Beng dimulai dengan yang akan bisa saja yang menyalakan dupa atau Hio dan memanjatkan doa-doa. Puncak sembahyang ini adalah dengan membakar benda-benda berupa kertas emas, kertas perak, uang yang terbuat dari kertas dan lainnya.
Joe mengatakan, hal itu melambangkan apa yang mereka berikan atau bakar tersebut dapat diterima leluhur di alam sana.
0 komentar:
Posting Komentar